Tuesday, 27 February 2018



Assalamu’alaikum wr.w
Yang terhormat sekuruh dewan juri serta teman-teman seperjuangan yang saya bangggakan.
Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-NYA sehingga kita dapat berkumpul ditempat yang mulia ini.
Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman Jahiliyah ke zaman Islamiyah, dari zaman bertelapak kaki ke zaman menaiki kawasaki, dari zaman menaiki unta ke zaman menaiki kijang Inova
Pada kesempatan ini saya akan menyampaiakan pidato dengan tema “Kejujuran”.

Hadiri yang berbahagia
Jujur merupakan kata yang indah untuk didengar, namu sulit untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap orang mengerti akan maknanya namun sangat banyak yang masih mengabaikannya.
Kejujuran merupakan bukti yang menentukan kadar keimanan dalam diri sesorang. Kejujuran pula yang menjadi nilai harga diri kita. Seseorangan akan menghargai kejujuran kita ketika kita melakukan sebuah kejujuran  dan sebaliknya seseorang akan merendahkan bahkan menghina kita ketika kita mencoreng nilai-nilai kejujuran.
Hadirin yang dirahmati Alloh SWT
Orang yang mengaku dirinya seorang mukmin, namun tidak berperilaku jujur, maka keimannya sedang dihinggapi sebuah penyakit yang dinamakan munafik.
Sebagimana kita ketahui bahwa orang munafik itu adalah orang yang bermuka dua, apabila berbicara maka dusta, apabila berjanji selalu ingkar dan apabila dipercaya khianat.

Hadirin yang berbahagia
            Teringat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang menceritakan seorang sahabat mengajukan berbagai pertanyaan kepada Rosululloh SAW:
“apakah mungkin orang mukmin itu pelit? Tanya sahabat
Kemudian Rosul menjawab: “mungkin saja”. Kemudian bertanya lagi,
Apakah mungkin orang mukmin itu pengecut?
Rosul menjawab: “mungkin saja”
Dan yang terakhir sahabat bertanya: “apakah mungkin seorang mukmin itu berbohong?
Rosul menjawab: “Tidak”.

Hadirin Rohimakumulloh
            Pelajaran apa yang bisa kita petik dari hadits tersebut?
Sangatlah jelas bahwa hadits tersebut telah mengajarkan kita untuk tidak berbohong,. Senantiasa menanamkan benih-benih kejujuran sejak dini dan mulai dari hal-hal yang kecil.
Kejujuran merupakan pangkal d ari semua perbuatan baik.
Oleh karena itu Alloh SWT memerintahkan kepada semua orang mukmin untuk berkata Jujur dalam Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 70:


 


Artinya: “hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan katakanlah perkataan jujur dan benar”.
Dalam sebuah hadits dikkatakan:
“tetap berpegangeratlah dalam kejujuran, maka kamu seakan-akan melihat  kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakin bahwa didalam kejujuran terdapat keselamatan”

Hadirin yang berbahagia
Kesimpulan dari uraian saya tadi, marilah kita senantiasa untuk bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Karena kejujuran menentukan kadar keimanan seorang mukmin.
             Sekian uraian dari saya, mohon maaf atas segala kekhilafan .
Kalau ada jarum yang patah
Jangan disimpan didalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan disimpan didalam hati

Akhirul kalam wassalamu’alaikum wr.wb

0 komentar:

Post a Comment